
UGM (21/3) Ketua Program Studi Doktor Ilmu Lingkungan melaksanakan pertemuan dengan Universitas Gunungkidul dalam rangka pembahasan konservasi air bawah tanah kawasan karst. Pembahasan ini merupakan tindak lanjut Program Perlindungan Sumber Daya Air Bawah Tanah Bribin-Baron yang diinisiasi oleh komunitas global Most Importance Karst Aquifer Spring (MIKAS). Dalam pertemuan ini dibahas rencana kegiatan kolaborasi Pemberdayaan Berbasis Masyarakat.
(Dokumentasi Kegiatan)
Kelompok global Most Importance Karst Aquifer Spring (MIKAS) bersama Universitas Gadjah Mada sebagai salah satu inisiator berperan aktif dalam program ini. Kelompok Studi Karst, Fakultas Geografi dan Program Studi Doktor Ilmu Lingkungan, Sekolah Pascasarjana selepas kegiatan The 5th Asian Trans Disciplinary Karst Conference Tahun 2024, melanjutkan penelitian dan kegiatan lapangan di Kawasan Karst Gunungkidul. Dalam upaya ini, program dilaksanakan dengan kerjasama berbagai pihak seperti pemerintah, akademisi, dan komunitas, termasuk juga Universitas Gunungkidul.
Pertemuan antara UGM dengan UGK ini menghasilkan rencana kegiatan berupa kolaborasi pemberdayaan masyarakat berupa pelatihan yang mencakup konservasi lingkungan, pengelolaan sumber daya air, pemanfaatan teknologi ramah lingkungan, serta penguatan ekonomi berbasis komunitas. Kegiatan ini bertujuan agar masyarakat memiliki kesadaran yang lebih tinggi terhadap pentingnya menjaga sumber daya air bawah tanah. Program ini juga menjadi landasan bagi upaya konservasi jangka panjang, melibatkan berbagai pihak dalam perlindungan ekosistem karst yang berkelanjutan. Kegiatan ini juga sejalan dengan beberapa tujuan dalam Sustainable Development Goals (SDGs), di antaranya SDG 6 (Clean Water and Sanitation), SDG 13 (Climate Action), SDG 15 (Life on Land) dan SDG 17 (Partnerships for The Goals). Dengan demikian, program pemberdayaan berbasis masyarakat tidak hanya memberikan solusi jangka pendek, tetapi juga menciptakan dampak yang berkelanjutan bagi kesejahteraan dan kelestarian lingkungan.
Penulis: Ulyn