• UGM
  • SPs UGM
  • Library
  • IT Center
  • Webmail
Universitas Gadjah Mada Program Studi Magister dan Doktor Ilmu Lingkungan
Universitas Gadjah Mada
  • BERANDA
  • PROGRAM MAGISTER
    • PROFIL
    • PENDAFTARAN
    • KURIKULUM
      • PEMETAAN
      • MATA KULIAH
      • TUGAS AKHIR
    • AKADEMIK
      • KALENDER AKADEMIK
      • LAYANAN AKADEMIK MAHASISWA
      • AKREDITASI PRODI
  • PROGRAM DOKTOR
    • PROFIL
    • PENDAFTARAN
    • KURIKULUM
      • PERKULIAHAN
      • TUGAS AKHIR
    • AKADEMIK
      • KALENDER AKADEMIK DAN JADWAL UJIAN
      • LAYANAN AKADEMIK MAHASISWA
      • AKREDITASI PRODI
    • RISET/PUBLIKASI
  • KONTAK
  • Beranda
  • SDG 4
  • SDG 4
Arsip:

SDG 4

Kiat Menulis dan Lulus Tepat Waktu: Doktor Ilmu Lingkungan UGM Gelar Workshop Penulisan dan Motivasi oleh Alumni

BeritaBerita S3FlashFlash S3 Monday, 8 September 2025

Program Studi Doktor Ilmu Lingkungan Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada (UGM) sukses menyelenggarakan Workshop Penulisan dan Motivasi Alumni bertajuk “Kiat Merancang S3 tanpa Harus Terlambat – Jangan Takut Gagal (Publikasi) karena Kegagalan adalah Guru Terbaik” selama dua hari, Rabu hingga Kamis, 3–4 Agustus 2025, di Fakultas Geografi UGM. Kegiatan ini menghadirkan dua dosen dan empat alumni dari Doktor Ilmu Lingkungan sebagai narasumber. Tak kurang dari puluhan peserta yang berasal dari mahasiswa empat program doktor di UGM—Doktor Ilmu Lingkungan, Doktor Ilmu Geografi, Doktor Kependudukan, dan Doktor Kajian Pariwisata—mengikuti kegiatan ini dengan antusias.

[sangar-slider id=”1880″]
(Dokumentasi Kegiatan)

Wokrshop penulisan atau pelatihan publikasi merupakan agenda regular tahunan yang diselenggarakan oleh Program Studi Doktor Ilmu Lingkungan. Tujuan diselenggarakannya workshop penulisan adalah untuk meningkatkan keterampilan menulis akademik mahasiswa doktoral, khususnya dalam menyiapkan publikasi yang memenuhi standar jurnal nasional dan internasional bereputasi. Pada kesempatan kali ini, kegiatan ditambah dengan sesi motivasi alumni sebagai pelengkap dan dukungan dalam memberikan informasi bagaimana alumni menjalani dan menyelesaikan kuliah doktoral di Doktor Ilmu Lingkungan.

Kegiatan diawali dengan sesi materi penulisan publikasi untuk Jurnal Nasional dan Internasional bereputasi oleh Prof. Dr. Eko Haryono, M.Si. dan Dr. Tjahyo Nugroho Adji, S.Si., M.Sc.Tech. yang merupakan dosen dari Doktor Ilmu Lingkungan. Keduanya ditunjuk sebagai pemateri dalam workshop penulisan karena kapabilitasnya sebagai chief editor dari Indonesian Journal of Geography. Kegiatan workshop penulisan berlangsung sangat sarat akan substansi dan mendapat antusiasme tinggi dari peserta. Selain meningkatkan keterampilan menulis, pemateri juga memberikan kiat-kiat agar mahasiswa program doktoral dapat menyelesaikan studi tepat waktu sambil menghasilkan karya ilmiah berkualitas.

Setelah selesainya sesi workshop penulisan, kegiatan dilanjutkan dengan Motivasi Alumni yang menghadirkan empat alumni yaitu Dr. Vincencia Septaviani Issera S P, S.Hut., M.P. (Bappeda Provinsi Kalimantan Barat), Dr. Westi Utami, S.Si., M.Sc. (Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional), Dr. Adnin Musadri Asbi, S.Hut., M.Sc. (ITERA), dan Dr. Risman Jaya, S.Pd., M.Si. (Universitas Muhammadiyah Gorontalo). Pada sesi ini, terlaksana diskusi interaktif antara mahasiswa dan alumni yang mana memberikan kesempatan mahasiswa untuk bertanya langsung terkait strategi menyelesaikan studi doktoral.

Selain memperkuat kapasitas akademik, workhsop ini merupakan bentuk nyata komitmen Program Studi Doktor Ilmu Lingkungan UGM dalam mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs). melalui penguatan SDG 4: Pendidikan Berkualitas, dengan meningkatkan keterampilan literasi ilmiah dan kemampuan publikasi mahasiswa doktoral. Program ini juga memperkuat prinsip pendidikan berkelanjutan dan refleksi akademik, yang beririsan dengan pendekatan education for sustainable development di sektor pendidikan tinggi.

Melalui pendekatan yang holistik, workshop ini tidak hanya berfokus pada aspek teknis penulisan ilmiah, tetapi juga mendorong peserta untuk menginternalisasi nilai-nilai keberlanjutan dalam proses akademik mereka. Para narasumber menekankan pentingnya membangun pola pikir kritis, etika riset, serta tanggung jawab ilmuwan dalam menyumbangkan pengetahuan untuk kepentingan masyarakat luas dan keberlanjutan lingkungan. Dengan demikian, kegiatan ini menjadi ruang reflektif sekaligus strategis bagi mahasiswa doktoral untuk menavigasi studi mereka secara lebih terarah, bermakna, dan berdampak, sejalan dengan tujuan besar UGM sebagai universitas riset kelas dunia yang berorientasi pada solusi nyata untuk tantangan global.

Penulis: Selamita, Shinta

Editor: Ulyn N

Workshop Penulisan, dan Motivasi Alumni “Kiat Merancang S3 tanpa harus Terlambat – Jangan Takut Gagal (Publikasi) karena Kegagalan adalah Guru Terbaik”

Pengumuman Tuesday, 2 September 2025

Workshop Penulisan, dan Motivasi Alumni

“Kiat Merancang S3 tanpa harus Terlambat – Jangan Takut Gagal (Publikasi) karena Kegagalan adalah Guru Terbaik”

 

Rabu-Kamis, 3-4 September 2025

09.00 s.d selesai

Ruang Baca S3 Ilmu Lingkungan, Gd. B, Fakultas Geografi

tautan http://ugm.id/WorksopPenulisanMotivasiAlumniDIL2025

 

Undangan Workshop Penulisan dan Sharing Session Alumni

UGM Sambut University of Birmingham: Momentum Strategis Penjajakan Kemitraan Akademik Pascasarjana

BeritaBerita S3FlashFlash S3 Wednesday, 6 August 2025

Universitas Gadjah Mada (UGM) menerima kunjungan dari University of Birmingham (UoB) di Sekolah Pascasarjana UGM pada Rabu, 6 Agustus 2025. Pertemuan ini dihadiri oleh Prof. Siti Malkhamah, Prof. Eko Haryono, dan Dr. Priyaji Agung Pambudi dari UGM, serta Prof. Gregor Leckebusch dan Ahmad (mahasiswa) dari UoB. Kedua universitas membahas rencana kerja sama yang lebih mendalam dalam berbagai bidang, termasuk pertukaran akademik, penelitian kolaboratif, dan program joint degree.

[sangar-slider id=”1778″]
(Dokumentasi Kegiatan)

Rencana kerja sama yang dibahas mencakup beberapa inisiatif strategis, seperti visiting lecture, summer course, dan kolaborasi penelitian. Selain itu, kedua institusi juga membahas rencana pengembangan program joint degree untuk master dan doctoral program.

Kemitraan ini juga sejalan dengan pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya SDG 4 (Quality Education) melalui program pertukaran pelajar dan penguatan kurikulum, serta SDG 17 (Partnerships for the Goals) dengan memperkuat jejaring global antara universitas. Kolaborasi penelitian di bidang lingkungan juga mendukung SDG 13 (Penanganan Climate Action) dan SDG 15 (Life on Land) melalui inisiatif yang melibatkan Kementerian Lingkungan Hidup. Sinergi yang dilakukan oleh UGM dan UoB berkomitmen untuk meningkatkan dampak akademik dan sosial, mendorong inovasi, serta memberikan kontribusi nyata bagi pembangunan berkelanjutan di tingkat global.

Penulis: Lucky

Editor: Ulyn

Ilmu Lingkungan UGM Bahas Geoscience untuk Sustainable Development Goals dengan National Taiwan University

BeritaBerita S3FlashFlash S3 Tuesday, 5 August 2025

Yogyakarta, 5 Agustus 2025 – Universitas Gadjah Mada (UGM) melalui Magister dan Doktor Ilmu Lingkungan melakukan pertemuan dengan delegasi dari National Taiwan University (NTU) dalam rangka menjalin kerja sama internasional di bidang pendidikan dan penelitian. Pertemuan yang berlangsung di Pusat Studi Sumberdaya Lahan UGM ini dihadiri oleh Prof. Eko Haryono dan Prof. Junun Sartohadi dari pihak UGM, serta Prof. Jr-Chuan Huang dan Dr. Ci-Jian Yang selaku perwakilan dari NTU.

[sangar-slider id=”1771″]
(Dokumentasi Kegiatan)

Dalam pertemuan tersebut, kedua belah pihak membahas beberapa rencana kerja sama strategis, antara lain program joint supervisor, pertukaran mahasiswa (exchange students), penyelenggaraan summer school, kuliah tamu (guest lecture), kegiatan kerja lapangan internasional di Indonesia dan Taiwan, serta konferensi bersama yang akan diselenggarakan setiap tahun seputar bidang geo-science.

Dengan basic keilmuan yang multidisiplin kedua pihak menekankan pada kegiatan Pendidikan dan penelitian dibidang Geoscience untuk Sustainable Development Goals. Harapannya, Magister dan Doktor Ilmu Lingkungan dapat menyelenggarakan kegiatan kolaboratif tersebut bersama National Taiwan University terutama Department of Geography.

Kerja sama UGM dan NTU ini secara langsung mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya poin ke-4 tentang Pendidikan Berkualitas dan poin ke-17 tentang Kemitraan untuk Mencapai Tujuan. Melalui program Bersama, kedua institusi berkomitmen untuk menciptakan pendidikan yang inklusif, kolaboratif, serta relevan dengan tantangan global, termasuk isu lingkungan dan perubahan iklim.

Kolaborasi ini diharapkan tidak hanya memperkuat jejaring akademik internasional UGM dan NTU, tetapi juga menjadi sarana pertukaran ilmu dan budaya yang bermanfaat bagi sivitas akademika kedua universitas.

Penulis: Salsa

Editor: Ulyn

Kilas Kegiatan Internship Program UGM–GUT: Kajian Geologi dan Geografi dalam Pengembangan Studi Ilmu Lingkungan

BeritaBerita S3FlashFlash S3 Thursday, 17 July 2025

Program Studi Doktor Ilmu Lingkungan, Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada (UGM), kembali menegaskan komitmennya dalam memperkuat jejaring internasional melalui penyelenggaraan Internship Doctoral Program hasil kerja sama dengan Fakultas Geografi dan Guilin University of Technology (GUT), Tiongkok. Program ini memberikan kesempatan bagi mahasiswa internasional untuk terlibat dalam pengalaman akademik dan riset lintas negara. Sejak 21 April 2025, lima mahasiswa dari GUT telah tiba di UGM untuk mengikuti program selama kurang lebih tiga bulan, yang terdiri dari tiga mahasiswa non-degree Program Studi Doktor Ilmu Lingkungan dan dua mahasiswa Internship Master Program Magister Geografi. Mereka sebelumnya telah mempersiapkan rencana studi dan riset, dan dibimbing oleh para akademisi UGM, termasuk Prof. Eko Haryono, untuk aktif mengikuti berbagai kegiatan akademik dan penelitian di Indonesia.

[sangar-slider id=”1814″]
(Dokumentasi Kegiatan)

Pada 8 Mei 2025, mahasiswa GUT mengikuti kuliah bertema “Perubahan Bentang Alam Vulkanik dan Interferensi Aktivitas Manusia” yang dipandu oleh Mr. Malawani dari Departemen Geografi, UGM. Kuliah ini mengangkat evolusi morfologi serta pengaruh aktivitas manusia di Lembah Gendol, Gunung Merapi, termasuk dampak letusan, sedimentasi, dan kegiatan penambangan terhadap bentuk dan aliran sungai.

Kuliah berlanjut pada 9 Mei 2025 dengan topik “Studi Gunung Api di Indonesia” yang disampaikan oleh Mr. Indranova dari UGM. Ia menjelaskan distribusi spasial gunung api di Indonesia serta perkembangan riset geokimia yang mendukung pemahaman mekanisme pembentukan sistem vulkanik terkait dengan tektonik lempeng.

Pada 15 Mei 2025, mahasiswa GUT mengikuti kuliah bertema “Karst Geomorfologi” yang disampaikan oleh Prof. Eko dari Fakultas Geografi, UGM. Kuliah ini memberikan pemahaman mendalam mengenai pembentukan, evolusi, dan karakteristik unik bentang alam karst disertai pemaparan visual dari berbagai lokasi lapangan.

Selanjutnya, pada 16 Mei 2025, Prof. Arifudin Idrus dari Fakultas Teknik, UGM, memberikan kuliah mengenai sumber daya mineral di Indonesia. Beliau memaparkan jenis-jenis mineral utama, sejarah pembentukannya, kadar produksi, serta metode penambangan yang diterapkan di Indonesia.

Rangkaian kegiatan ditutup dengan studi lapangan di Gunung Gupit, Jawa Tengah, pada 20 Mei 2025 yang dipandu oleh Prof. Arifudin Idrus beserta tim. Dalam kesempatan ini, mahasiswa GUT mempelajari distribusi kawah, perubahan komposisi mineral, intrusi diorit, pembentukan tubuh bijih, serta prospek mineralisasi di wilayah tersebut.

Setelah kegiatan perkuliahan selesai, selama Bulan Juni mahasiswa GUT membuat resume atau summary Pendidikan dan pelatihannya selama di Indonesia. Akhirnya, sampai dengan 16 Juli mahasiswa pertukaran GUT Kembali ke China dengan pengalaman yang dapat memperkaya wawasan mereka mengenai geologi dan pengelolaan sumber daya alam di Indonesia serta dapat mempererat hubungan akademik antara kedua universitas.

Sebagai bagian dari komitmen UGM terhadap pembangunan berkelanjutan, kegiatan ini turut mendukung Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya Tujuan 4 (Pendidikan Berkualitas) dengan memberikan akses pembelajaran lintas negara dan Tujuan 17 (Kemitraan untuk Mencapai Tujuan) melalui penguatan kolaborasi internasional di bidang pendidikan dan penelitian.

Penulis: Ulyn N

Labuan Bajo: Kekayaan Bawah Laut dan Eksplorasi Ekologi Pulau-Pulau Kecil Tropis

BeritaBerita S3 Thursday, 10 July 2025

Rangkaian kegiatan Ekspedisi Sunda Kecil Program Studi Doktor Ilmu Lingkungan berlanjut ke beberapa pulau dalam Gugusan Kepulauan Sunda Kecil. Kegiatan ini dilaksanakan pada 4-6 Juli 2025 yang bertujuan untuk identifikasi dan pemetaan potensi ekosistem laut dan daratan kecil tropis. Penelitian ini melibatkan pendekatan terpadu dalam menganalisis sumber daya abiotik, biotik, serta unsur budaya lokal. Ekspedisi dilakukan menggunakan kapal dengan dukungan enumerator lokal Akbar dan Amir, yang memiliki pemahaman mendalam mengenai kondisi sosial-ekologis wilayah tersebut.

[sangar-slider id=”1638″]
(Dokumentasi Kegiatan)

Pulau Sebayur menjadi titik awal observasi dan segera menunjukkan potensi tinggi dalam konteks konservasi. Pulau ini memiliki terumbu karang dan komunitas ikan yang masih alami, dengan tingkat intervensi manusia yang sangat minim karena tidak berpenghuni. Kondisi ini menjadikannya lokasi ideal untuk studi baseline ekosistem laut tropis. Menurut Susi Nurweni, salah satu Kandidat Doktor Ilmu Lingkungan, keindahan terumbu karang dan pasir putih yang terlihat melalui kegiatan snorkeling memperlihatkan kondisi ekologis yang sehat, jarang ditemukan di wilayah yang terpapar tekanan wisata intensif.

Tim tidak dapat mengunjungi Pulau Manta karena arus laut yang tinggi saat itu. Keputusan untuk mengalihkan kegiatan ke lokasi lain menjadi contoh penerapan prinsip keselamatan berbasis kondisi oceanografis. Alternatif pengamatan dilakukan di Pulau Taka Makassar, sebuah pulau pasir yang hanya muncul saat air laut surut. Fenomena geomorfologis ini menunjukkan dinamika ekosistem pesisir yang khas. Keindahan pasir putih dan kejernihan air laut menjadikan pulau ini destinasi wisata favorit, namun juga mengindikasikan kebutuhan akan pengelolaan berbasis daya dukung lingkungan.

Ekspedisi berlanjut ke Pulau Padar, salah satu ikon visual Taman Nasional Komodo (TNK). Pulau ini menawarkan lanskap karst dengan bukit savana yang telah menjadi destinasi trekking populer. Aktivitas pendakian dimulai sejak pukul 04.00 WITA untuk menyaksikan matahari terbit dari puncak tertinggi. Petugas TNK memberikan edukasi sebelum pendakian mengenai larangan membuang sampah sembarangan, merokok, dan menerbangkan drone tanpa izin. Sayangnya, pembangunan pelabuhan dan fasilitas lain di kawasan ini mulai menunjukkan adanya tekanan antropogenik, terutama dari aktivitas wisata yang tidak sepenuhnya dikendalikan. Minimnya fasilitas pengelolaan sampah memperlihatkan urgensi peningkatan infrastruktur dasar berbasis konservasi.

Di sisi barat Pulau Padar, terdapat Pink Beach, yang dikenal karena pasirnya yang berwarna merah muda. Warna ini dihasilkan oleh serpihan mikroorganisme laut seperti kerang foraminifera yang berwarna merah. Pantai ini sangat menarik sebagai objek fotografi dan geowisata, tetapi peningkatan kunjungan wisatawan tanpa pengaturan yang memadai berpotensi mengikis daya dukung ekologisnya. Kajian lebih lanjut diperlukan untuk menyusun strategi wisata berkelanjutan yang dapat melindungi keunikan geologis ini.

Pulau Komodo, sebagai habitat utama bagi satwa endemik Varanus komodoensis, menyuguhkan interaksi menarik antara komponen abiotik seperti batuan karst dan suhu tinggi, dengan vegetasi sabana dan kehidupan satwa liar. Sebelum tracking dilakukan, petugas memberikan edukasi mengenai sejarah keberadaan Komodo serta kaitannya dengan budaya masyarakat setempat. Seorang ranger menjelaskan bahwa legenda leluhur menyebutkan komodo dan manusia sebagai saudara kembar, mencerminkan hubungan ekologis dan spiritual yang mendalam antara masyarakat dan alam. Tim beruntung dapat mengamati seekor Komodo jantan bernama Thomas, yang menjadi fokus observasi perilaku makan, aktivitas harian, dan periode reproduksi yang biasanya berlangsung dari Juni hingga Agustus. Kawasan pesisir Pulau Komodo telah dihuni oleh masyarakat lokal yang menggantungkan hidup dari perikanan, pertanian kecil, dan pariwisata. Model pariwisata yang berkembang lebih sesuai dengan pendekatan ekowisata berbasis masyarakat daripada pariwisata massal yang eksploitatif.

Ekspedisi kemudian menuju Pulau Kalong, dinamakan demikian karena menjadi rumah bagi ribuan kelelawar besar atau kalong. Fenomena lepas landas koloni kalong pada sore hingga malam hari menjadi pengalaman ekologi yang menarik. Amir, salah satu enumerator lokal, menjelaskan bahwa jenis kalong yang ada belum diteliti secara spesifik, meskipun secara morfologi mereka tergolong dalam famili Pteropodidae dan subordo Megachiroptera. Ukuran tubuh yang besar mengindikasikan pentingnya pulau ini sebagai habitat kelelawar buah, yang berperan dalam penyerbukan dan penyebaran biji di ekosistem kepulauan.

Pulau terakhir dalam ekspedisi ini adalah Pulau Kelor, yang menyuguhkan perpaduan antara pantai berpasir putih, perairan tenang, dan jalur pendakian yang memberikan panorama spektakuler dari ketinggian. Vegetasi savana mendominasi area pulau, serupa dengan Pulau Padar, dan menjadi indikator penting dalam memahami interaksi antara kondisi abiotik, komposisi vegetasi, serta pengaruh aktivitas wisatawan terhadap bentang alam.

Seluruh rangkaian kegiatan ini tidak hanya menghasilkan data ilmiah untuk kepentingan konservasi, tetapi juga memperkuat praktik wisata berkelanjutan berbasis pengetahuan lokal dan keterlibatan komunitas. Ekspedisi ini menunjukkan bahwa konservasi tidak dapat dipisahkan dari pemahaman ekologis yang komprehensif serta integrasi nilai-nilai sosial dan budaya lokal sebagai bagian dari strategi pelestarian jangka panjang.

Lebih dari sekadar eksplorasi ilmiah, kegiatan ini memberikan kontribusi nyata terhadap pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) yang dicanangkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa. Dalam konteks ini, ekspedisi mendukung SDG 14 (Life Below Water) dengan melakukan pemantauan kondisi ekosistem laut dan habitat karang. Kemudian, SDG 15 (Life on Land) tercermin dalam kajian keanekaragaman hayati daratan kecil dan perlindungan spesies endemik seperti Komodo. Kegiatan ini juga mendukung SDG 13 (Climate Action) melalui adaptasi lapangan terhadap perubahan kondisi alam, serta memperkuat pengelolaan risiko bencana ekologis. Dalam dimensi sosial, kegiatan ini sejalan dengan SDG 11 (Sustainable Cities and Communities) karena mengusung pendekatan ekowisata berbasis masyarakat, serta mendukung SDG 4 (Quality Education) dengan melibatkan edukasi lapangan, penyuluhan, dan pemahaman lintas disiplin yang diberikan kepada wisatawan, komunitas lokal, dan pihak pengelola kawasan.

Dengan pendekatan ilmiah, partisipatif, dan adaptif, ekspedisi ini diharapkan menjadi dasar pengambilan kebijakan berbasis data dalam pengelolaan kawasan Labuan Bajo sebagai wilayah konservasi prioritas dan laboratorium hidup (living laboratory) untuk penelitian keberlanjutan di wilayah pesisir Indonesia.

Penulis: Williem dan Tim

Waerebo: Ekowisata Budaya dan Semangat Keberlanjutannya

BeritaBerita S3 Tuesday, 8 July 2025

Sebanyak 25 mahasiswa Program Doktor (S3) Universitas Gadjah Mada dari tiga program studi yaitu Program Studi Ilmu Lingkungan, Ilmu Geografi, dan Kependudukan, melaksanakan kegiatan Ekspedisi Sunda Kecil yang salah satunya dilaksanakndi Desa Wae Rebo, Kabupaten Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur pada tanggal 2-3 Juli 2025. Kegiatan ini menjadi bagian dari upaya pembelajaran lapangan yang mempertemukan mahasiswa dengan praktik nyata pengelolaan desa wisata berbasis budaya dan lingkungan.

[sangar-slider id=”1621″]
(Dokumentasi Kegiatan)

Wae Rebo dikenal sebagai kampung adat yang terletak di kawasan pegunungan dan hanya dapat dicapai dengan berjalan kaki selama tiga hingga empat jam. Daya tarik utama desa ini adalah tujuh rumah adat khas Manggarai berbentuk kerucut yang disebut Mbaru Niang yang mengelilingi altar bernama Compang.

Setibanya di desa, para peserta diterima secara adat dalam upacara penyambutan di Mbaru Gendang sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur. Dalam tradisi tersebut, para tamu memberikan donasi sukarela yang nantinya digunakan untuk mendukung pelestarian budaya dan konservasi lingkungan di desa tersebut.

Wae Rebo menjadi contoh nyata bagaimana pariwisata dapat memberi manfaat langsung bagi masyarakat. Dengan memanfaatkan potensi budaya dan keindahan alam yang dimiliki, warga desa mengembangkan berbagai kegiatan ekonomi seperti jasa homestay, penjualan produk lokal (kopi, kain tenun, dan kerajinan tangan), serta penyediaan jasa pemandu wisata. Kegiatan pariwisata ini membuka peluang ekonomi baru dan memperkuat keterlibatan masyarakat, sehingga tercipta ekosistem desa wisata yang inklusif dan berkelanjutan.

Salah satu peserta, Willem A.B., mahasiswa Program Studi Doktor Ilmu Lingkungan, menyampaikan:

“Wae Rebo merupakan destinasi budaya yang sangat kuat. Pengelolaan berbasis masyarakat menjadikan warga merasa memiliki dan menjaga kawasan ini. Namun, masyarakat juga perlu didukung dengan pelatihan tentang pariwisata modern yang tetap menghormati nilai-nilai budaya lokal.”

Ia juga menyoroti pentingnya pelestarian kekayaan hayati seperti kopi lokal Wae Rebo yang kini telah dikenal luas hingga ke pasar internasional.

Kegiatan ini juga menyoroti pentingnya pendidikan dalam mendukung keberlanjutan desa wisata. Edukasi mengenai pelestarian budaya, pengelolaan lingkungan, dan pariwisata berkelanjutan menjadi aspek penting yang perlu terus ditanamkan kepada masyarakat, baik melalui pelatihan komunitas maupun muatan lokal di sekolah dasar dan menengah.

Ketua Program Studi Ilmu Lingkungan UGM, Prof. Eko Haryono menekankan pentingnya pendidikan berbasis lingkungan bagi anak-anak Wae Rebo:

“Sebagai desa wisata, kesadaran masyarakat terhadap pentingnya menjaga lingkungan perlu terus ditumbuhkan, dan pendidikan adalah kunci utamanya.”

Berdasarkan hasil observasi dan diskusi selama kegiatan, beberapa rekomendasi disampaikan untuk mendukung pengembangan Desa Wae Rebo ke depan di antaranya: (1) Perlu pendekatan yang seimbang antara pengembangan wisata dan pelestarian budaya lokal agar keunikan Wae Rebo tetap terjaga, (2) Pelatihan dalam bidang manajemen wisata, promosi digital, dan pengelolaan produk lokal dapat memperkuat peran masyarakat sebagai pelaku utama desa wisata, (3) Perlunya sinergi antara masyarakat, perguruan tinggi, dan pemerintah khususnya Dinas Pariwisata Kabupaten Manggarai untuk mendorong hadirnya program-program nyata di bidang konservasi, penguatan ekonomi, dan infrastruktur pendukung, dan (4) Peningkatan infrastruktur seperti jalur trekking, fasilitas homestay, sanitasi, serta akses transportasi menjadi penting untuk mendukung kenyamanan dan keselamatan pengunjung.

Melalui kegiatan ini, mahasiswa tidak hanya mendapatkan wawasan baru mengenai praktik pengelolaan desa wisata, tetapi juga belajar langsung bagaimana semangat kolektif masyarakat lokal dapat menciptakan harmoni antara pelestarian budaya dan penguatan ekonomi. Kegiatan ini mendukung irisan poin-poin SDGs diantaranya SDG 1: tanpa kemiskinan, SDG 4: pendidikan berkualitas dan SDG 8: pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi.

Wae Rebo bukan sekadar tempat yang indah. Ia adalah simbol dari harapan dan ketekunan, yang memberi contoh bahwa dengan kebersamaan, kesadaran lingkungan, dan pendidikan yang tepat, desa-desa adat di Indonesia bisa menjadi contoh nyata pembangunan yang berkelanjutan.

Penulis: Ratna

Editor: Ulyn N

#kuliah kerja lapangan #ekowisata budaya #SDG 1: tanpa kemiskinan SDG 4: pendidikan berkualitas #SDG 8: pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi

Ekspedisi Sunda Kecil: Dinamika Tren Eco-Tourism untuk Mendukung Pariwisata Super Premium di Nusa Tenggara Timur

BeritaBerita S3FlashFlash S3 Monday, 7 July 2025

Nusa Tenggara Timur, Juli 2025 – Sebanyak 25 mahasiswa program doktor Universitas Gadjah Mada (UGM) dari Program Studi (Prodi) Doktor Ilmu Lingkungan, Doktor Ilmu Geografi, dan Doktor Kependudukan melaksanakan Ekspedisi Sunda Kecil pada 1–7 Juli 2025. Kegiatan ini menjadi ruang pembelajaran transdisipliner yang menghubungkan sains, budaya, dan kebijakan keberlanjutan. Empat lokasi strategis menjadi fokus ekspedisi, masing-masing menggambarkan kompleksitas hubungan antara manusia dan lingkungan di wilayah kepulauan timur Indonesia.

  1. Wae Rebo: Ekowisata Budaya dan Semangat Keberlanjutan [selengkapnya]

Desa Wae Rebo terletak di pegunungan Manggarai menjadi titik awal ekspedisi. Lokasi ini terkenal dengan rumah adat Mbaru Niang yang melingkari Compang (altar leluhur), desa ini menjadi contoh praktik pengelolaan pariwisata berbasis budaya dan lingkungan. Warga mengembangkan ekonomi melalui homestay, kopi lokal, dan tenun tangan, sekaligus menjaga kelestarian adat.

Ketua Prodi Doktor Ilmu Lingkungan, Prof. Eko Haryono, menyatakan:

“Pendidikan lingkungan untuk anak-anak desa menjadi kunci menjaga kesinambungan ekowisata berbasis budaya.”

Rekomendasi dari tim meliputi pelatihan digitalisasi wisata, penguatan promosi produk lokal, dan sinergi multipihak untuk pembangunan infrastruktur yang selaras dengan konservasi.

 

  1. Talkshow Interaktif: Merajut Kolaborasi Kawasan Wisata Premium Labuan Bajo [selengkapnya]

Di kawasan Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) Labuan Bajo, dilaksanakan talkshow antara tim UGM, alumni Kagama Manggarai, TN Komodo, kampus lokal El Bajo, dan praktisi lingkungan. Isu utama yang muncul mencakup: ketimpangan pembangunan pusat-pinggiran, kesiapan masyarakat lokal, manajemen sampah, dan daya dukung ekologis kawasan wisata.

Osmar Shalih, mahasiswa Doktor Geografi UGM, menyampaikan:

“Daya dukung lingkungan menjadi aspek krusial dalam desain kawasan wisata berkelanjutan.”

Hasil diskusi menekankan pentingnya membangun kapasitas masyarakat, memperkuat regulasi tata ruang, dan memperluas kolaborasi akademik-praktis untuk solusi keberlanjutan jangka panjang.

 

  1. Labuan Bajo: Kekayaan Bawah Laut dan Eksplorasi Ekologi Pulau-Pulau Kecil Tropis [selengkapnya]

Tim ekspedisi mengunjungi Pulau Sebayur, Taka Makassar, Padar, Kalong, dan Kelor untuk observasi ekosistem laut dan darat tropis. Pulau Sebayur dinilai ideal sebagai baseline konservasi karena rendah intervensi manusia. Di sisi lain, Pink Beach dan Padar menunjukkan tanda-tanda tekanan wisata yang perlu dikendalikan secara ekologis.

Studi ini juga mencatat pentingnya konservasi koloni kalong (kelelawar buah) di Pulau Kalong dan dinamika vegetasi savana Pulau Kelor sebagai indikator ekologi kawasan pesisir tropis.

Hasil ekspedisi memperkuat kebutuhan pengelolaan berbasis daya dukung, edukasi wisata, dan pelibatan komunitas lokal dalam konservasi.

 

  1. Komodo: Konservasi Reptil Purba dan Tantangan Ekowisata [selengkapnya]

Pulau Komodo menjadi highlight ekspedisi, di mana tim melakukan studi perilaku dan habitat Varanus komodoensis secara langsung di lapangan. Mahasiswa berinteraksi dengan Ranger TNK dan mengamati Komodo jantan bernama Thomas saat musim kawin. Studi ini menegaskan bahwa Komodo merupakan salah satu spesies kunci kemajuan evolusi dan menjadi simbol tantangan konservasi modern yang progresif.

Fizul Surya Pribadi, kandidat doktor Ilmu Lingkungan UGM, menyatakan:

“Komodo bukan hanya warisan hayati, tapi juga penghubung pengetahuan antara masa lalu dan masa depan bumi.”

Selain risiko ekologis, tim menyoroti isu sosial seperti ketimpangan distribusi manfaat ekonomi wisata dan rendahnya keterlibatan warga lokal dalam industri wisata kapal.

Mendukung SDGs dan Riset Berbasis Data

Ekspedisi Sunda Kecil UGM mendukung secara langsung berbagai tujuan SDGs:

  • SDG 4, 8, 13, 14, 15, dan 17,
    dengan pendekatan ilmiah, partisipatif, dan berbasis komunitas.

Kegiatan ini diharapkan menjadi fondasi riset lanjutan, pengembangan wilayah berkelanjutan, serta laboratorium hidup (living laboratory) untuk mengintegrasikan upaya konservasi alam, budaya, dan pembangunan yang berkeadilan di kawasan timur Indonesia.

Doktor Ilmu Lingkungan Pertahankan Akreditasi Unggul (BAN-PT) hingga 2030

FlashFlash S3Pengumuman Tuesday, 1 July 2025

Program Studi Doktor Ilmu Lingkungan Universitas Gadjah Mada (UGM) berhasil mempertahankan Akreditasi Unggul dari BAN-PT berdasarkan SK No. 6881/SK/BAN-PT/Ak.Ppj/S3/VII/2025, dengan masa berlaku hingga tahun 2030.

Capaian ini mencerminkan komitmen program studi dalam menjaga mutu pendidikan yang tinggi, baik dari sisi kurikulum, dosen, riset, maupun lulusan. Akreditasi ini sekaligus menegaskan posisi UGM sebagai institusi pendidikan unggulan di bidang ilmu lingkungan.

Keberhasilan ini juga menjadi bagian dari kontribusi UGM dalam mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya SDG 4: Pendidikan Berkualitas, dengan menyediakan pendidikan tinggi yang bermutu, inklusif, dan relevan bagi pembangunan berkelanjutan.

2025-Sertifikat Akreditasi S3 Ilmu Lingkungan 2025

Sertifikat Akreditasi [download]

Peringati Hari Lingkungan Hidup Sedunia Tahun 2025, Seminar UGM Angkat Isu Polusi Plastik

BeritaFlash Thursday, 5 June 2025

Program Studi Magister Ilmu Lingkungan Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada (UGM) menyelenggarakan seminar bertajuk “Funtastic Without Plastic: Save Nature for the Future” pada Sabtu, 31 Mei 2025, di Parangtritis Geomaritime Science Park, Kabupaten Bantul, D.I. Yogyakarta. Kegiatan ini diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2025 yang mengusung tema “Ending Plastic Pollution“, dengan menghadirkan dua pembicara yang memiliki keahlian berbeda namun saling melengkapi dalam isu lingkungan. Dr. Ir. Ammy Nurwati, M.M., yang menjabat sebagai Sekretaris Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Kementerian Kehutanan Republik Indonesia, menyampaikan materi tentang “Konservasi Keanekaragaman Hayati di Indonesia” yang memberikan pemahaman mendalam tentang kekayaan biodiversitas Indonesia dan tantangan pelestariannya. Sementara itu, Daru Aji Saputra S.Si., Founder Yayasan Aksi Konservasi Yogyakarta, membahas “Peran Generasi Muda dalam Mengakhiri Polusi Plastik dan Melestarikan Ekosistem Pesisir” dengan fokus pada strategi praktis melibatkan generasi muda dalam upaya konservasi. Seminar dipandu oleh Dr. Priyaji Agung Pambudi, S.Pd., M.Si., Dosen Program Magister Ilmu Lingkungan UGM.

[sangar-slider id=”1548″]
(Dokumentasi Kegiatan)

Pemilihan tema dan lokasi seminar ini sejalan dengan fokus global Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2025, mengingat Indonesia sebagai negara kepulauan menghadapi tantangan serius terkait polusi plastik yang mengancam ekosistem laut dan pesisir. Keunikan seminar ini terletak pada format hybrid yang memungkinkan partisipasi maksimal dari berbagai kalangan. Terbukti dari antusiasme peserta yang mencapai 200 orang, terdiri dari 70 peserta offline yang hadir langsung di Parangtritis Geomaritime Science Park untuk merasakan atmosfer pantai yang menjadi saksi bisu dampak polusi plastik, dan 130 peserta daring yang bergabung melalui platform Zoom Meeting dari berbagai daerah di Indonesia. Pemilihan lokasi Parangtritis bukan tanpa alasan strategis, mengingat ekosistem pesisir merupakan salah satu korban utama polusi plastik global, di mana jutaan ton sampah plastik berakhir di lautan setiap tahunnya dan mengancam kehidupan biota laut serta mata pencaharian masyarakat pesisir.

“Kegiatan peringatan Hari Lingkungan 2025 ‘Funtastic Without Plastic: Save Nature for the Future’ yang diselenggarakan oleh Magister Ilmu Lingkungan UGM merupakan bentuk nyata komitmen kami terhadap isu lingkungan dan upaya mewujudkan SDGs. Berdasarkan tema World Environment Day 2025, ‘Ending Plastic Pollution’, rangkaian acara ini diharapkan dapat mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam mengurangi penggunaan plastik sekaligus meningkatkan kesadaran lingkungan. Melalui pendekatan holistik, mulai dari edukasi melalui seminar hingga aksi nyata di lapangan, kegiatan ini menunjukkan dedikasi Prodi Magister Ilmu Lingkungan UGM dalam mencari solusi permasalahan lingkungan. Kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan masyarakat dalam acara ini menjadi contoh sinergi yang harus terus dijaga untuk mewujudkan bumi yang lebih baik,” ujar Lucky Oktavian Prakoso selaku Ketua Panitia.

Kegiatan ini secara langsung mendukung pencapaian beberapa Sustainable Development Goals (SDGs) yang saling terkait. SDG 14 tentang “Life Below Water” menjadi fokus utama dengan perlindungan ekosistem laut dan pesisir dari polusi plastik yang telah mencapai tingkat kritis. SDG 15 tentang “Life on Land” turut didukung melalui upaya konservasi keanekaragaman hayati Indonesia yang merupakan negara dengan tingkat biodiversitas tertinggi kedua di dunia. Seminar ini juga berkontribusi pada SDG 12 tentang “Responsible Consumption and Production” dengan mendorong pengurangan penggunaan plastik dan pengelolaan limbah yang berkelanjutan. Aspek SDG 4 tentang “Quality Education” tercermin dalam fungsi seminar sebagai platform edukasi dan peningkatan kapasitas para peserta, sementara SDG 17 tentang “Partnerships for the Goals” terwujud melalui kolaborasi sinergis antara institusi pendidikan tinggi, lembaga pemerintah, dan organisasi masyarakat sipil dalam menghadapi tantangan lingkungan global.

Tema “Ending Plastic Pollution” pada Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2025 merefleksikan urgensi global untuk mengatasi krisis polusi plastik. Sebagai negara dengan lebih dari 17.000 pulau, Indonesia memiliki tantangan khusus dalam mengelola limbah plastik yang dapat mencemari lingkungan laut dan pesisir. Melalui seminar “Funtastic Without Plastic“, Magister Ilmu Lingkungan UGM tidak hanya berperan sebagai institusi pendidikan, tetapi juga sebagai katalis perubahan yang menginspirasi generasi muda Indonesia untuk menjadi agen transformasi lingkungan. Menggabungkan pengetahuan ilmiah dari perspektif pemerintah melalui Dr. Ammy Nurwati dan pengalaman praktis dari organisasi masyarakat sipil melalui Daru Aji Saputra S.Si., seminar ini memberikan perspektif holistik dalam menghadapi tantangan polusi plastik di Indonesia. Kegiatan ini diharapkan dapat memicu gerakan masif pengurangan penggunaan plastik, meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya melestarikan alam untuk masa depan berkelanjutan, serta menghasilkan diskusi konstruktif dan rekomendasi praktis yang dapat diimplementasikan dalam berbagai tingkatan, mulai dari individu hingga kebijakan publik.

Program Studi Magister Ilmu Lingkungan UGM melalui kegiatan ini berkomitmen untuk terus berkontribusi dalam upaya pelestarian lingkungan melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Seminar “Funtastic Without Plastic: Save Nature for the Future” merupakan bagian dari upaya berkelanjutan untuk menciptakan kesadaran lingkungan yang lebih tinggi di kalangan akademisi, mahasiswa, dan masyarakat umum, sekaligus menjadi bukti nyata komitmen Magister Ilmu Lingkungan UGM dalam mendukung agenda global penyelamatan lingkungan dan memperkuat posisi Indonesia sebagai negara yang serius dalam menghadapi krisis iklim dan polusi plastik.

123
Universitas Gadjah Mada

Magister dan Doktor Ilmu Lingkungan
UNIVERSITAS GADJAH MADA

Jl. Teknika Utara, Pogung, Sinduadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta, 55284
Telp. (+62) 858-6655-3174
Email: ilmulingkungan.pasca@ugm.ac.id

© Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY