
Program Studi Doktor Ilmu Lingkungan, Sekolah Pascasarjana UGM melaksanakan kegiatan Ekspedisi Sunda Kecil berkolaborasi dengan Program Studi Doktor Kependudukan dan Program Studi Doktor Ilmu Geografi. Lokasi target kali ini yakni di kawasan wisata premium Labuan Bajo. Sebagai rangkaian kegiatannya, dilaksanakan Talkshow Interaktif antara UGM, Mitra, dan Alumni. Para pihak yang hadir dalam Talkshow Interaktif tanggal 3 Juli 2025 tersebut antara lain Prof. Eko Haryono dan Dr. Sudaryatno beserta peserta ekspedisi, Dr. Leonard Chrysostomos Epafras yang merupakan bagian Humas dan Kerjasama Sekolah Pascasarjana UGM, Perwakilan Keluarga Alumni Gadjah Mada (Kagama) Wilayah Manggarai yang dipimpin oleh Bapak Stefan, mitra dari Taman Nasional Komodo (TNK) yaitu Bapak Ichwan serta perwakilan dari kampus Labuan Bajo (Kampus El Bajo).
(Dokumentasi Kegiatan)
Kegiatan sharing dan diskusi ini dimoderatori oleh mahasiswa Doktor Ilmu Lingkungan yang berasal dari Nusa Tenggara Timur yaitu Willem Amu Blegur. Diskusi yang santai tapi menarik tersebut berhasil menampung beberapa pokok pikiran. Dr. Leo menyampaikan bahwa kiranya kegiatan ini tidak hanya sampai di sini, tapi akan berlanjut lagi dengan adanya penelitian dan kolaborasi di masa mendatang. Hal tersebut disambut baik oleh perwakilan Kagama Wilayah Manggarai. Bapak Stefan menyampaikan bahwa sebagai anggota keluarga maka mereka sangat senang mendapatkan kunjungan dari anggota keluarga di UGM.
“Pada tahun 2023 ada pula kunjungan dari UGM dan tim Kagama Manggarai menyambut dengan gembira dan berdiskusi dengan Ibu Rektor. Akan tetapi, perkembangan Labuan Bajo memiliki tantangan juga yaitu bahwa ada ketimpangan pembangunan wilayah, yaitu di dalam kota nampak dengan pembangunan yang wah, tapi di pinggiran kota masih ditemukan rumah warga dan ketimpangan pendapatan masyarakat”, ujar dari Pak Stefan.
Semoga ke depan ada kegiatan bersama untuk memajukkan wilayah ini, seperti yang telah sedang dilakukan bersama Prof. Dr. Gabriel Lele, M.Si., yang berasal dari Fakultas Ilmu dan Sosial Politik UGM. Beliau merupakan salah satu warga Manggarai yang berhasil di UGM.
Diskusi interaktif tersebut, dilanjutkan oleh Prof. Dr. Eko Haryono, M.Sc yang memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk memberikan respon. Salah seorangnya yaitu Osmar Shalih, mahasiswa Doktor Ilmu Geografi yang sedang mengadakan penelitian terkait mitigasi bencana. “Pengembangan wilayah menjadi kawasan wisata perlu memperhatikan daya dukung dan tata ruang. Air, listrik, dan sampah menjadi krusial di kawasan wisata. Bahkan ditemukan pula ada bangkai kapal di laut yang tentunya membahayakan penduduk lokal yang beraktivitas di laut”, lanjut Osmar. Lebih lanjut, Natania Adel yang berasal dari Doktor Kependudukan menyampaikan hasil temuan disertasi saat mengadakan penelitian di daerah Labuan Bajo. “Pada beberapa wilayah kecamatan yang ada, ternyata penduduk lokal masih belum siap untuk menghadapi perkembangan Labuan Bajo menjadi DPSP. Anggota masyarakat di 12 kecamatan enggan untuk melakukan mobilitas dengan alasannya”. Natania Adel juga merupakan salah satu calon doktor S3 Prodi Kependudukan yang berasal dari Nusa Tenggara Timur. Hal ini menjadi perhatiannya dan juga tentu ini perlu menjadi perhatian bersama.
Moderator mencoba untuk mengarahkan diskusi pada nuansa yang berbeda, yaitu bahwa Labuan Bajo berkembang dengan landasan oleh adanya satwa endemik Varanus komodoensis. Saat bertanya maka Bapak Ichwan sebagai perwakilan TNK menyampaikan sebagai berikut: “Sejak penetapan dan pemberlakuan Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) maka terjadi lonjakan kunjungan baik dari wisatawan mancanegara dan juga wisatawan domestik. Pemerintah mendorong DPSP dengan mengubah Pantai Marina yang awalnya hanya sebagai Tempat Pendaratan Ikan (TPI) menjadi pelabuhan Marina yang lengkap memiliki pelabuhan dan lokasi antar jemput wisatawan dan beberapa hotel di sekitarnya. Akan tetapi, sampai saat ini dengan adanya peningkatan pendapatan dari TNK nampaknya bahwa telah terjadi penumpukkan kunjungan. Ada potensi daya dukung dan daya tampuk beberapa pulau di DPSP Labuan Bajo sudah melebihi seperti di Pulau Padar”.
Selanjutnya masih terkait dengan isu DPSP dari aspek persampahan maka Bapak Iwan yang dikenal sebagai “Om Sampah” dan sebagai praktisi yang bergerak untuk mengelola sampah plastik menambahkan bahwa terdapat kendala pada pemahaman warga tentang sampah. “Dalam dua desa yang ada hanya 10 RT dari 40 RT yang peduli mengadakan pemilahan sampah organik dan anorganik. Kami memerlukan ada kajian sehingga warga diberikan pemahaman agar menganggap sampah memiliki nilai ekonomis bagi mereka”. Hal ini ditanggapi oleh rencana kajian bersama dengan salah seorang mahasiswa Doktor Ilmu Lingkungan yakni Daniel Wolo. Saat ini masih bertugas di Universitas Flores dan juga tertarik untuk meneliti terkait sampah khususnya mikroplastik. Walaupun lokasi kajian di Kota Kupang, tapi semoga dapat diimplementasikan juga di Labuan Bajo.
Selanjutnya dari akademisi yang ada di Labuan Bajo, beberapa poin menarik yang disampaikan bahwa kampus El Bajo memiliki fokus untuk mengkaji kegiatan ekowisata, perpajakan dan akuntasi. Respon terhadap DPSP bersifat positif bagi pengembangan wilayah, tapi perlu memperhatikan dengan serius adanya dampak DPSP. “SDM di wilayah ini perlu dikembangkan menjadi lebih optimal dan juga memperhatikan keberlanjutan lingkungan. Oleh sebab itu, semoga ada kerjasama akademik yang kolaboratif di masa mendatang dengan UGM”. Pada bagian penutup, Dr. Sudaryatno menyampaikan bahwa kegiatan ini menjadi bagian untuk memotivasi mahasiswa untuk mendapatkan semangat lebih dalam menyelesaikan tugas akhir atau disertasi. Ini sebagai motivasi sehingga semua calon doktor yang hadir kembali bersemangat dan menyelesaikan tugasnya dan juga memperhatikan bahwa di masyarakat banyak hal-hal yang berkembang dan memerlukan perhatian atau kajian empiris. Selebihnya, kegiatan ini memiliki irisan yang erat bagi kesejahteraan masyarakat yang ada di dalam SDGs. Kegiatan mendukung SDGs 8 yakni pertumbuhan ekonomi dan pekerjaan layak. Lalu, SDGs 12 tentang konsumsi dan produksi yang bertanggungjawab yang bermakna adanya secara praktis mendukung usaha Labuan Bajo dalam pengurangan limbah dan pengelolaan sampah yang optimal. Poin SDGs 14 dan 15 tentang kehidupan di perairan dan daratan tidak lupa menjadi irisan penting bahwa Labuan Bajo mengalami perkembangan dan wajib memberikan kontribusi pada pelestarian biodiversitas hayati dan ekosistem di perairan dan daratan. Poin SDGs 17 tentang kemitraan untuk mencapai tujuan yang memiliki makna DPSP Labuan Bajo dikembangkan dengan menjaga kolaborasi yang sinergis berbagai pihak seperti pemerintah, masyarakat lokal, dan pelaku usaha pariwisata serta terkhusus Universitas Gadjah Mada sebagai pionir kegiatan ekspedisi ini.
Kita mempercayai bahwa pembangunan memiliki tujuan untuk memberikan manfaat kepada masyarakat dan tetap menjaga kelestarian lingkungan. Oleh sebab itu, diperlukan analisis awal yang tajam atas rencana pembangunan. Lebih lagi, pelaksanaan pembangunan yang sesuai dengan rencana yang ada serta upaya untuk mencegah secara berkelanjutan apabila ada potensi bahaya bagi masyarakat dan lingkungan. Semoga diskusi dan sharing ini dapat merajut benang-benang kolaborasi di masa mendatang antara UGM dengan Kagama wilayah Manggarai, pemerintah, praktisi dan juga para akademisi. Jayalah selalu Indonesia.
Penulis: Willem Amu Blegur
Editor: Ulyn N
Semoga menjadi bacaan yang memberikan manfaat